Minggu, 09 Juni 2013

Definisi ambiguitas adalah ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti. Konsep ini tidak salah, tetapi juga kurang tepat sebab tidak dapat dibedakan dengan polisemi. Polisemi juga bermakna ganda. Jadi apa bedanya? Polisemi dan ambiguitas juga sama-sama bermakna ganda. Hanya kalau kegandaan makna dalam polisemi berasal dari kata sedangkan kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar yaitu frase atau kalimat, dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Umpamanya frase buku sejarah baru dapat ditafsirkan sebagai

Jumat, 07 Juni 2013

SEMANTIK



TUGAS SEMANTIK

                                                                                   



DISUSUN OLEH:
YUMIRDA PUTRI



PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
PAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2O11/2012







Memahami makna kata dan penggunaan nya

            Penggunaan kata/ parafrasa dalam kalimat menyebabkan perbedaan makna kata. Perbedaan makna tersebut meliputi makna kamus, makna teks, struktur dan metafora. Makna kata dapat di bedakan menjadi makna leksikal dan makna grametikal. Makna leksikal adalah makna yang dikandung oleh suatu kata atau makna menurut kamus, sedangkan makna grametikal adalah makna kata yang di dasarkan atas hubungan antar unsur – unsur bahasa dalam satuan yang lebih besar contoh:

Kata Pencuri
Dalam kamus bermakna maling. Jadi, secara leksikal, arti kata pencuri adalah maling. Secara grametikal ( menurut tata bahasa ), kata pencuri terbentuk dari kata dasar curi yang mendapat awalan peN-. Salah satu nosi atau makna awalan peN- adalah orang yang melakukan perbuatan yang tersebut dalam kata dasarnya. Makna kata pencuri adalah orang yang mencuri. Jadi, maka orang yang mencuri atau kata pencuri adalah makna menurut tata bahasa grametikal.

Makana leksikal dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.      Makna yang bersifat denotatif.
Makana denotatif ialah makna harfiah, makna pokok, makna objektif, makna reperensial.
2.      Makna yang bersifat konotatif.
Makna konotatif adalah makna tambahan, makna subjektif, makna yang timbul sebagai akibat adanya kaitan pikiran yang menimbulkan nilai rasa kata pada makna pokok. Contohnya hijau, misalnya berdenotasisalah satu warna dari spektrum warna yang kita kenal tetapi kata hijau mengandung pengertian daun yang masih segar, belum kering, belum tua, dan mengaitkan pikiran kita kepada orang yang masih muda, belum dewasa dan belum berpengalaman.


            Dua kata yang berdeotasi sama dapat juga berbeda konotasinya. Misalnya, kata hamil dan bunting yang berdenotasi sama, yaitu mengandung. Akan tetapi, konotasi kedua kata tersebut berbeda. Kata hamil lebih netral, bahkan memberikan kesan lebih hormat, lebih halus, atau lebih tinggi derajatnya dari pada bunting yang memiliki kesan lebih rendah. Pada umumnya, orang akan tersinggung kalau dikatakan bunting. Akan tetapi, sebutan bunting lebih tepat digunakan bagi binatang daripada manusia.
            Agar dapat mencapai ketepatan dan pemilihan kata dari segi makna, kita perlu :
1.      Membedakan denotasi dan konotasi
Kata denotasi dan konotasi di bedakan berdasarkan maknanya, yaitu ada/ tidak nya makna tambahan atau nilai rasa pada kata itu. Jika hanya pengertian dasar yang kita inginkan, kita gunakan kata – kata yang bersifat denotatif. Jika kita memerlukan reaksi emosional tertentu, kita perlu memilih kata yang bersifat konotatif.
Contoh :
a)      Panjang tangan anak itu hanya 35 sentimeter ( denotasi )
b)      Awasilah anak itu karena ia panjang tangan ( konotasi )

2.      Membedakan kata – kata yang sama atau hampir sama maknanya ( bersinonim )
Sesungguhnya tidak ada dua kata yang sepenuhnya bersinonim. Antara kata – kata yang bersinonim itu selalu saja ada perbedaannya walaupun kecil. Perbedaan itu dapat berupa perasaan ( nilai rasa ) kata, makna, dan linggkungan yang dimasukinya ( kolokasi ). Namun demikian, penggunaan sinonim berfungsi untuk menghindari pengulangan kata. Contoh penggunaan sinonim yang tidak dapat di gantikan oleh kata lain :
a.      Maaf, kemarin aku tidak menghadiri pestamu karena nenekku meninggal
(meskipun kata – kata mati, meninggal, wafar, gugur, dan mampus itu bersinonim, kita tidak akan tega hati untuk berkata bahwa nenekku mampus, bukan?)
b.      Angin yang bertiup sepoi-sepoi itu terasa segar di badan. (dapatkah kata angin dalam kalimat di atas diganti dengan kata badai atau bayu?)
c.       Sejak suaminya meninggal dunia, perempuan itu mengalami kesepian. (bolehkah kata kesepian dalam kalimat di atas digantikan dengan kata kesunyian?)

Contoh penggunaan sinonim yang bertujuan menghindari pengulangan kata.
            Untuk menempuh cita-cita banyak jalan menuju Roma. Cita-cita dapat digapai dengan cara-cara antara lain:
1.      Bersungguh-sungguh terhadap bidang yang ditekuni
2.      Belajar mengetahui jenis-jenis pekerjaan yang hendak dicapai
3.      Berbekal pada sikap dan sifat percaya diri

Kata menempuh bersinonim dengan menggapai. Dalam kalimat diatas digunakan bentuk pasif karena kaidah strukturnya. Kata banyak jalan menuju Roma bersinonim dengan cara-cara atau banyak cara. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan pengulangan kata agar tidak membosankan.


3.      Mencermati pemakaian kata umum dan kata khusus
Kata umum dan kata khusus di bedakan berdasarkan luas/tidaknya cakupan makna yang dikandungnya. Jika kata tarsebut mengacu kepada hal atau kelompok yang luas cangkupnya, kata itu disebut kata umum. Sebaliknya, jika sebuah kata mengacu kepada pengarahan tertentu yang bersifat khusus dan kongkrit, kata itu disebut kata khusus.

Bandingkanlah kata-kata dibawah ini !
Umum
Khusus
Memandang/melihat
Perempuan
Memukul
Bunga
Melotot, membelalak, melirik, menoleh
Wanita, gadis, dara, perawan, janda
Meninju, menempeleng, menendang, menyepak.
Melati, mawar, tulip, kamboja.



Makna gramatika dibedakan menjadi makna struktural, kontekstual, dan metaforis. Makna struktual merupakan makna kata yang didasarkan atas struktur/susunan satuan – satuan bahasa sebagai contoh, perhatikan kalimat dibawah ini!

Struktur Kalimat
Makna
Kata adik, ibu Yani itu guru yang Pandai
Kata adik Ibu, yani itu guru Pandai
Kata adik ibu Yani, itu guru yang pandai
Yang pandai ibu yani
Yang Pandai yani
Yang pandai guru

Makna kontekstual berarti makna kata berdasarkan penggunaan dalam kalimat. Dalam kalimat yang berbeda, satu kata mempunyai makna berbedasatu kata mempunyai makna yang berbeda pula. Contoh

Kalimat
Makna
Hatiku panas begitu melihat  Ahmad dimarahi Pak Lurah
Malam ini Udara sangat Panas
Emosi, Marah

Suhu

Selain itu, dikenal juga makna makna metaforis. Makna metaforis didasarkan pada persamaan atau perbandingan kata- kata. Maksudnya, makna kata atau kelompok kata bukan berdasarkan arti yang sebenarnya. Makna ini disebut juga makna kias. Contoh

Kalimat
Makna 
Hati- hati ia senang
Main Lompat
Kertas lipat, uang suap (yang mengetahui makna secara tepat hanya pembicara dan lawan bicara